Minggu, 24 Oktober 2010

Tari dayak


Tari Dayak







14. Tari Baraga' Bagantar
Awalnya Baraga' Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.

Rabu, 20 Oktober 2010

FLORA KALIMANTAN

Salah satu tugas dan fungsi Kebun Raya Purwodadi adalah melakukan pengoleksian tumbuhan asli Indonesia untuk tujuan koleksi, pendidikan, penelitian dan pengembangan.Daerah yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah Pulau Kalimantan. Pulau Kalimantan adalah salah satu pulau besar di Indonesia yang mempunyai kawasan hutan yang luas. Lebih dari setengah pulau ini berada di bawah ketinggian 150 meter. Sebagian besar wilayahnya termasuk ke dalam kategori hutan Dipterocarpaceae dataran rendah (Mackinon, et.al. 2000). Pulau ini diperkirakan memiliki 10.000-15.000 jenis tumbuhan berbunga tumbuh di pulau ini. Data lainnya menyebutkan sekitar 3.000 jenis pohon, termasuk 267 jenis Dipterocarpaceae (58% endemik), 2.000 jenis anggrek dan 1.000 jenis pakis tercatat hidup di Kalimantan (Ashton, 1982; MacKinon, 2000). Tingkat endemisitas flora di Borneo (termasuk Kalimantan) cukup tinggi, yaitu sekitar 34 %. Degradasi lahan akibat penebangan kayu baik secara legal ataupun ilegal, konversi lahan untuk pertanian, ladang dan pemukiman penduduk, mengakibatkan luas hutan alam di Kalimantan semakin menyusut. Hal ini berimplikasi langsung terhadap penurunan keanekaragaman hayati – termasuk tumbuhan- yang hidup di Kalimantan. Kebun Raya Purwodadi, berupaya untuk menyelamatkan tumbuhan asli Indonesia, khususnya yang ada di Kalimantan, dengan cara melakukan eksplorasi dan pengoleksian flora untuk ditanam sebagai tanaman koleksi di kebun raya.
Tujuan dan Sasaran Kegiatan
Mengkoleksi tumbuhan yang berasal dari Kalimantan dengan dilengkapi data habitat, populasi dan ekologinya; selanjutnya tumbuhan tersebut ditanam di Kebun Raya Purwodadi (sebagai tanaman koleksi) yang dapat juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Lokasi
Koleksi Non Anggrek (nomor)
Koleksi Anggrek (nomor)
Koleksi Baru (nomor)
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
201
42
55
Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah
275
106
56
Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat
164
104
57
Jumlah
640
252
168
Tulisan Ilmiah yang dihasilkan dari kegiatan eksplorasi ini:
  1. Nepenthes Hasil Eksplorasi Flora Di Kawasan Hutan Taman Wisata Alam (TWA) Baning dan Sekitarnya
  2. Rhodomyrtus tomentosa (W.Ait.) Hassk. di Kawasan Hutan TWA Baning, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
  3. Asplenium nidus L. pada beberapa pohon inang di Kawasan Taman Wisata Alam Bukit Kelam, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
  4. Inventarisasi Anggrek Di Twa Bukit Kelam, Twa Baning Dan Di Sebagian Wilayah Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat
  5. Inventarisasi Anggrek Epifit Di TWA Bukit Kelam, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat
  6. Populasi Anggrek Grammatophyllum speciosum Blume di Kawasan TWA Bukit Kelam, Kab. Sintang, Kalimantan Barat
  7. Keragaman Paku Terestrial Di Kawasan Hutan Taman Wisata Alam Bukit Kelam, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
  8. Keragaman Anggrek Epifit di Sebagian Kawasan Hutan Alam di Desa Petarikan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) - Kalimantan Tengah
  9. Ragam Jenis Acriopsis Reinw. ex Blume di sebagian Kawasan Hutan Alam Desa Petarikan, Kab. Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah

Foto beberapa tumbuhan hasil eksplorasi dari Pulau Kalimantan tahun 2006

Eksplorasi di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat

Gambar 1. Beberapa jenis Nepenthes : a. N. ampullaria ; b. N. bicalcarata ; c. N. rafflesiana ; d. N. reinwardtiana
Gambar 2. a. anggrek tanah Didymoplexis sp.; b. anggrek epifit Eria sp.; c. anggrek tanah Malaxis sp.


Gambar 3: a. Amorphophallus sp.; b. Rhodomyrtus tomentosa ; c. Syzygium sp. ; d. Lygodium cernuum ; e. Piper sp.

Eksplorasi di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah


Gambar 4. Beberapa j enis anggrek endemik Kalimantan yang dijumpai di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah: Dendrobium nabawanense (A), Thecotele alata (B), Bulbophyllum macranthum (C), Bulbophyllum refractilingue (D), Coelogyne pandurata (E) dan Dendrochilum oxylobum (F)


Eksplorasi di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat


Gambar 5. a. Nephenthes raflesiana ; b. Durio sp. (mahawak); c. Durio sp. (durian kura-kura)

Gambar 6. a. Coelogyne dayana ; b. Eria sp. ; c. Bulbophyllum lepidum ; d. Bulbophyllum medusae

ASAL USUL SUKU DAYAK

dayakDayak merupakan sebutan bagi penduduk asli pulau Kalimantan. Pulau kalimantan terbagi berdasarkan wilayah Administratif yang mengatur wilayahnya masing-masing terdiri dari: Kalimantan Timur ibu kotanya Samarinda, Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya Banjarmasin, Kalimantan Tengah ibu kotanya Palangka Raya, dan Kalimantan Barat ibu kotanya Pontianak.
Kelompok Suku Dayak, terbagi lagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman mereka.
Etnis Dayak Kalimantan menurut seorang antropologi J.U. Lontaan, 1975 dalam Bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub suku kecil, yang menyebar di seluruh Kalimantan. Kuatnya arus urbanisasi yang membawa pengaruh dari luar,seperti melayu menyebabkan mereka menyingkir semakin jauh ke pedalaman dan perbukitan di seluruh daerah Kalimantan.
Mereka menyebut dirinya dengan kelompok yang berasal dari suatu daerah berdasarkan nama sungai, nama pahlawan, nama alam dan sebagainya. Misalnya suku Iban asal katanya dari ivan (dalam bahasa kayan, ivan = pengembara) demikian juga menurut sumber yang lainnya bahwa mereka menyebut dirinya dengan nama suku Batang Lupar, karena berasal dari sungai Batang Lupar, daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak, Malaysia. Suku Mualang, diambil dari nama seorang tokoh yang disegani (Manok Sabung/algojo) di Tampun Juah dan nama tersebut diabadikan menjadi sebuah nama anak sungai Ketungau di daerah Kabupaten Sintang (karena suatu peristiwa) dan kemudian dijadikan nama suku Dayak Mualang. Dayak Bukit (Kanayatn/Ahe) berasal dari Bukit/gunung Bawang. Demikian juga asal usul Dayak Kayan, Kantuk, Tamambaloh, Kenyah, Benuag, Ngaju dan lain-lain, yang mempunyai latar belakang sejarah sendiri-sendiri.
Namun ada juga suku Dayak yang tidak mengetahui lagi asal usul nama sukunya. Nama "Dayak" atau "Daya" adalah nama eksonim (nama yang bukan diberikan oleh mayarakat itu sendiri) dan bukan nama endonim (nama yang diberikan oleh masyarakat itu sendiri). Kata Dayak berasal dari kata Daya" yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat khususnya, (walaupun kini banyak masyarakat Dayak yang telah bermukim di kota kabupaten dan propinsi) yang mempunyai kemiripan adat istiadat dan budaya dan masih memegang teguh tradisinya.
Kalimantan Tengah mempunyai problem etnisitas yang sangat berbeda di banding Kalimantan Barat. Mayoritas ethnis yang mendiami Kalimantan Tengah adalah ethnis Dayak, yang terbesar suku Dayak Ngaju, Ot Danum, Maanyan, Dusun, dsb. Sedangkan agama yang mereka anut sangat variatif. Dayak yang beragama Islam di Kalimantan Tengah, tetap mempertahankan ethnisnya Dayak, demikian juga bagi Dayak yang masuk agama Kristen. Agama asli suku Dayak di Kalimantan Tengah adalah Kaharingan, yang merupakan agama asli yang lahir dari budaya setempat sebelum bangsa Indonesia mengenal agama pertama yakni Hindu. Karena Hindu telah meyebar luas di dunia terutama Indonesia dan lebih dikenal luas, jika dibandingkan dengan agama suku Dayak, maka Agama Kaharingan dikategorikan ke cabang agama Hindu.
Propinsi Kalimantan Barat mempunyai keunikan tersendiri terhadap proses alkurturasi cultural atau perpindahan suatu culture religius bagi masyarakat setempat. Dalam hal ini proses tersebut sangat berkaitan erat dengan dua suku terbesar di Kalimantan Barat yaitu Dayak,Melayu dan Tiongkok. Pada mulanya Bangsa Dayak mendiami pesisir Kalimantan Barat, hidup dengan tradisi dan budayanya masing-masing, kemudian datanglah pedagang dari gujarab beragama Islam (Arab Melayu) dengan tujuan jual-beli barang-barang dari dan kepada masyarakat Dayak, kemudian karena seringnya mereka berinteraksi, bolak-balik mengambil dan mengantar barang-barang dagangan dari dan ke Selat Malaka (merupakan sentral dagang di masa lalu), menyebabkan mereka berkeinginan menetap di daerah baru yang mempunyai potensi dagang yang besar bagi keuntungan mereka.
Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Dayak ketika bersentuhan dengan pendatang yang membawa pengetahuan baru yang asing ke daerahnya. Karena sering terjadinya proses transaksi jual beli barang kebutuhan, dan interaksi cultural, menyebabkan pesisir Kalimantan Barat menjadi ramai, di kunjungi masyarakat lokal (Dayak) dan pedagang Arab Melayu dari Selat Malaka. Di masa itu system religi masyarakat Dayak mulai terpengaruh dan dipengaruhi oleh para pedagang Melayu yang telah mengenal pengetahuan, pendidikan dan agama Islam dari luar Kalimantan. Karena hubungan yang harmonis terjalin baik, maka masyarakat lokal atau Dayak, ada yang menaruh simpati kepada pedagang Gujarat tersebut yang lambat laun terpengaruh, maka agama Islam diterima dan dikenal pada tahun 1550 M di Kerajaan Tanjung Pura pada penerintahan Giri Kusuma yang merupakan kerajan melayu dan lambat laun mulai menyebar di Kalimantan Barat.
masyarakat Dayak masih memegang teguh kepercayaan dinamismenya, mereka percaya setiap tempat-tempat tertentu ada penguasanya, yang mereka sebut: Jubata, Petara, Ala Taala, Penompa dan lain-lain, untuk sebutan Tuhan yang tertinggi, kemudian mereka masih mempunyai penguasa lain dibawah kekuasaan Tuhan tertingginya: misalnya: Puyang Gana ( Dayak mualang) adalah penguasa tanah , Raja Juata (penguasa Air), Kama"Baba (penguasa Darat),Jobata,Apet Kuyan'gh(Dayak Mali) dan lain-lain. Bagi mereka yang masih memegang teguh kepercayaan dinamisme nya dan budaya aslinya nya, mereka memisahkan diri masuk semakin jauh kepedalaman.
adapun segelintir masyarakat Dayak yang telah masuk agama Islam oleh karena perkawinan lebih banyak meniru gaya hidup pendatang yang dianggap telah mempunyai peradaban maju karena banyak berhubungan dengan dunia luar. (Dan sesuai perkembangannya maka masuklah para misionaris dan misi kristiani/nasrani ke pedalaman). Pada umumnya masyarakat Dayak yang pindah agama Islam di Kalimantan Barat dianggap oleh suku dayak sama dengan suku melayu. Suku Dayak yang masih asli (memegang teguh kepercayaan nenek moyang) di masa lalu, hingga mereka berusaha menguatkan perbedaan, suku dayak yang masuk Islam(karena Perkawinan dengan suku Melayu) memperlihatkan diri sebagai suku melayu.banyak yang lupa akan identitas sebagai suku dayak mulai dari agama barunya dan aturan keterikatan dengan adat istiadatnya. Setelah penduduk pendatang di pesisir berasimilasi dengan suku Dayak yang pindah(lewat perkawinan dengan suku melayu) ke Agama Islam,agama islam lebih identik dengan suku melayu dan agama kristiani atau kepercayaan dinamisme lebih identik dengan suku Dayak.sejalan terjadinya urbanisasi ke kalimantan, menyebabkan pesisir Kalimantan Barat menjadi ramai, karena semakin banyak di kunjungi pendatang baik local maupun nusantara lainnya.
Untuk mengatur daerah tersebut maka tokoh orang melayu yang di percayakan masyarakat setempat diangkat menjadi pemimpin atau diberi gelar Penembahan (istilah yang dibawa pendatang untuk menyebut raja kecil ) penembahan ini hidup mandiri dalam suatu wilayah kekuasaannya berdasarkan komposisi agama yang dianut sekitar pusat pemerintahannya, dan cenderung mempertahankan wilayah tersebut. Namun ada kalanya penembahan tersebut menyatakan tunduk terhadap kerajaan dari daerah asalnya, demi keamanan ataupun perluasan kekuasaan.
Masyarakat Dayak yang pindah ke agama Islam ataupun yang telah menikah dengan pendatang Melayu disebut dengan Senganan, atau masuk senganan/masuk Laut, dan kini mereka mengklaim dirinya dengan sebutan Melayu. Mereka mengangkat salah satu tokoh yang mereka segani baik dari ethnisnya maupun pendatang yang seagama dan mempunyai karismatik di kalangannya, sebagai pemimpin kampungnya atau pemimpin wilayah yang mereka segani.
Sumber: id.wikipedia.org