Rabu, 16 Januari 2013




Program Kreativitas Mahasiswa
Judul program
PENANGULANGAN ECENG GONDOK SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN KREATIFITAS MASYARAKAT

Bidang kegiatan
PKM-GT

Disusun oleh :
·        Mateus Uder                                               201210060311127

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN KOMPUTASI 1C -  FKIP
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN AKADEMIK 2012 / 2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
            Setiap kita mendengar kata eceng gondok asumsi kita pasti mengarah pada tumbuhan air yang hidup mengapung di perairan. Tumbuhan ini memiliki berbagai jenis, ada yang memliki batang yang tinggi dan ada yang memiliki batang yang bulat seperti umbi-umbian serta memiliki daun dan bunga yang beragam. Eceng gondok mempunyai nama latin Eichornia crassipes ini hidup di daerah perairan yang tenang atau dangkal serta kolam dan lahan persawahan. Tumbuhan yang berasal dari Brasil ini di datangkan pertama kali ke Indonesia pada tahun 1894. Tumbuhan ini semula hanya sebagai tumbuhan hias di Kebun Raya Bogor, namun pada akhirnya tumbuhan ini menyebar di seluruh nusantara. Di berbagai daerah di Indonesia tumbuhan ini memiliki banyak nama seperti di Palembang dikenal dengan Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak dan di masyarakat Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung. Penyebaran tumbuhan ini banyak menyebar di daerah-daerah yang memiliki sungai, danau serta daerah persawahan seperti di Jawa, Kalimantan dan Sumatra. Saat ini eceng gondok sudah tidak terhitung jumlah penyebarannya di berbagai daerah di Indonesia. Karean tumbuhan ini pertumbuhannya sanggat cepat sehingga menimbulkan permasalahan di berbagai daerah yang di tumbuhi tumbuhan ini. Permasalahan yang di timbulkan oleh tumbuhan ini bermacam-macam, seperti menggangu jalur transportasi air, menyumbat saluran air dan merusak baling-baling irigasi di persawahan. Selain itu, eceng gondok yang sudah mati dan mengendap ke dasar sungai atau danau dapat membuat danau atau sungai menjadi dangkal. Di berbagai negara di dunia sudah berusaha mengatasi pemasalahan ini, namun hasilnya tidak maksimal. Negara sudah berusaha mengurangi populasi eceng gondok ini dengan berbagai cara, seperti membabat batang dari tumbuhan ini, memilihara ikan pemakan tumbuhan eceng gondok sampai penyemprotan dengan herbisida. Namun hasilnya tetap saja pertumbuhan eceng gondok tidak dapat di atasi degan baik. Di sinilah di butuhkan suatu langkah yang tepat untuk memberantas tumbuhan eceng gondok ini.



Tujuan
Tujuannya untuk di jadikan suatu gambaran tetang pengolahan dari tumbuahan eceng gondok.


Mamfaat
            Mamfaat dari gagasan ini agar memberi suatu cara bagaimana pengelolan tumbuhan eceng gondok agar bisa di berantasi namun juga memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat dan pemerintah.

GAGASAN
Eceng Gondok Sebagai Suatu Masalah
            Eceng gondok (Eichornia crassipes (Mart) (Solms)) merupakan tumbuhan air terbesar yang hidup mengapung bebas (floating plants) yang ditemukan pertama kali pada air tergenang di Daerah Aliran Sungai Amazon di Brasil pada tahun 1824 oleh Karl von Martius (Pieterse dalam Dinges, 1982).  Tumbuhan air, terutama eceng gondok dianggap sebagai pengganggu atau gulma air karena menimbulkan kerugian. Pada suatu bendungan (waduk) gulma air akan menimbulkan dampak negatif berupa gangguan terhadap pemanfaatan perairan secara optimal yaitu mempercepat pendangkalan, menyumbat saluran irigasi, memperbesar kehilangan air melalui proses evapotranspirasi, mempersulit transportasi perairan, dan menurunkan hasil perikanan. Diberbagai daerah terutama di kalimantan eceng gondok dianggap sebagai gulma yang sangat menggangu di karenakan menghalangi transpotasi air yang sebagian besar digunakan oleh masyarat. Eceng gondok juga di anggap masalah pada lahan pertanian karena dapat mehalangi proses pertumbuhan tanaman padi pada persawahan. Eceng gondok juga disebut sebagai sumber pendangkalan danau di berbagai daerah karena tumbuhan ini bila mati akan tengelam dan mengendap di bawah permukaan danau.
Eceng gondok memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat. Dalam tempo 3–4 bulan saja, eceng gondok mampu menutupi lebih dari 70% permukaan danau. Cepatnya pertumbuhan eceng gondok dan tingginya daya tahan hidup menjadikan tumbuhan ini sangat sulit diberantas. Pada beberapa negara, pemberantasan eceng gondok secara mekanik, kimia dan biologi tidak pernah memberikan hasil yang optimal. Ada juga hasil penelitian yang menunjukkan bahwa eceng gondok berpotensi menghilangkan air permukaan sampai 4 kali lipat jika dibandingkan dengan permukaan terbuka. Pertumbuhan populasi eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan pendangkalan ekosistem perairan dan tertutupnya sungai serta danau.
Pemerintah sudah memberikan bebagai solusi seperti pembabatan batang eceng gondok, namun tetap saja tidak dapat teratasi. Penyemprotan dengan herbisida pernah di terapkan oleh pemerintah, tetapi justru membuat pencemaran bagi perairan atau danau yang terkena. Pemiliharan predator pemakan tumbuhan ini juga pernah di terapkan seperti ikan pemakan daun eceng gondok, namun hasilnya tetap saja sama.


Potensi Eceng Gondok
a)      Eceng Gondok Sebagai Kerajinan Rumah Tangga
Semula enceng gondok dianggap sebagai tanaman yang dapat merusak lingkungan karena sifatnya tumbuh liar di rawa, danau, sungai, selokan dan genangan air lainnya. Karena sifatnya yang mudah tumbuh dan adaptasi itu, enceng gondok dalam waktu sekejap mampu menutupi permukaan sungai ataupun danau sehingga sangat mengganggu pandangan. Terkadang juga jadi pemicu banjir karena tanaman yang merambat diatas air ini dapat menahan sampah. Sebab itu, banyak upaya memusnahkan enceng gondok karena dianggap sebagai tanaman pengganggu lingkungan dengan jalan pembabatan.Eceng Gondok merupakan jenis tanaman air yang mengapung. Seiring dengan kemajuan teknologi eceng gondok dapat dijadikan salah satu bahan untuk pembuatan kerajinan tangan yang memiliki nilai jual. Dahulu Eceng gondok dianggap sebagai gulma atau parasit di berbagai daerah terutama untuk nelayan yang mencari nafkah di sungai maupun perairan dangkal. Saat ini pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan kerajinan tangan dapat memberikan sumbangsih dan alternatif nafkah bagi pengrajinnya. Pembuatan kerajinan jenis eceng gondok ini memerlukan waktu yang tidak sebentar. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :

·         TAHAP PEMBERSIHAN
Sewaktu mengangkat eceng gondok dari dalam air ( tempat tumbuhnya) akan terbawa juga bagian-bagian lain dari tanaman secara lengkap, seperti bunga, daun, tangkai, tunas, dan akar. Oleh karena, untuk mempersiapkan bahan anyaman hanya diperlukan bagian tangkai daunnya, maka bagian yang lain harus disisihkan. Setelah bagian-bagian yang tidak dibutuhkan disisihkan, tangkai eceng gondok kemudian bisa segera dicuci dan dibilas hingga benar-benar bersih. Bila perlu gunakan air sabun atau air kaporit agar pekerja yang menanganinya selalu dalam kondisi sehat, mengingat kondisi tempat tumbuh eceng gondok yang kotor.
·         TAHAP PENGERINGAN
Setelah tangkai eceng gondok bersih dari segala kotoran selanjutnya bisa dijemur dengan sesekali dibalik hingga tangkai benar-benar kering. Waktu penjemuran kurang lebih selama 6 hari atau tergantung pada ketebalan tangkai dan cuaca. Tangkai sebaiknya dijemur di atas lantai yang disemen atau di atas pasir. Karena penjemuran dengan cara ini hasilnya akan lebih maksimal. Untuk mempercepat waktu pengeringan dapat diupayakan dengan membantu memisahkan kandungan airnya sebelum dijemur. Caranya, eceng gondok yang masih basah langsung dipres dengan alat pres manual kemudian baru dijemur.
·         TAHAP PEMILIHAN
Apabila tangkai eceng gondok telah kering, selanjutnya bisa segera dikelompokkan berdasarkan warna dan panjangnya agar bisa ditetapkan penggunaannya. Ukuran panjang yang dipakai adalah 45 –50 cm untuk ukuran biasa dan 50-60 untuk ukuran besar.
·         TAHAP PEMBELAHAN
Adakalanya karena tuntutan ketentuan dalam desain anyamannya, eceng gondok kering perlu dibelah menjadi beberapa bagian.
·         TAHA PENGANYAMAN
Eceng gondok yang telah dipres kemudian dianyam untuk mendapat lembaran-lembaran eceng gondok berukuran 50 – 60cm.


b)     Eceng Gondok Untuk Pembuatan Pupuk Organik
Disisi lain, potensi eceng gondok sebagai sumber bahan organik alternatif dapat dilihat dari beberapa studi terdahulu terutama untuk mengetahui produksi biomassanya. Dilaporkan bahwa produksi biomassa eceng gondok di Rawa Pening dapat mencapai 20 – 30,5 kg/m2 atau 200 – 300 ton/ Ha (Slamet, dkk, 1975). National Academy of Science (1977) juga melaporkan bahwa biomassa eceng gondok di Bangladesh dapat  mencapai lebih dari 300 ton per hektar per tahun. Dari data tersebut, eceng gondok merupakan bahan organik yang potensial untuk dikembangkan antara lain untuk pupuk organik dan media tumbuh. Pengolahan eceng gondok melalui teknologi pengomposan  menghasilkan produk berupa bahan organik yang lebih halus dan telah terdekomposisi sempurna. Proses pengomposan itu sendiri merupakan proses hayati yang melibatkan aktivitas mikroorganisme antara lain bakteri, fungi dan protozoa (Golueke, 1992).
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penggunaan eceng gondok sebagai sumber bahan organik mampu memperbaiki struktur fisik tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara, pertumbuhan vegetatif dan produksi jagung manis (Soewarno, 1985 ; Suprihati 1991).Eceng gondok kaya akan asam humat yaitu senyawa yang menghasilkan fitohormon yang mempumempercepat pertumbuhan akar tanaman, selain itu eceng gondok juga mengandung asam sianida,triterpenoid, alkaloid, dan kaya akan unsur calsium.Untuk pengolahan dapat digunakan acetobacter atau lainnya untuk mempercepat dekomposisi. Bakteri tersebut dicampur dengan molase dengan perbandingan 1 : 1 selama sepekan. Master bakteri tersebut siap digunakan setelah berbentuk kapang. Langkah selanjutnya eceng gondok yang diambil dari kolam dicincang atau digiling halus. Bahan kemudian dicampur dengan 10% dedak dan master bakteri. Selanjutnya campuran disimpan di bak yang dialasi plastik dan ditutup karung goni selama 4 hari. Suhu akan meningkat hingga 500C yang menandakan proses fermentasi sedang berlangsung. Fermentasi dianggap selesai apabila suhu sudah turun menjadi 300C.

c)      Daun Eceng Gondok Sebagai Pakan Ikan Air Tawar
Selain dua solusi di atas, eceng gondok juga dapat di mamfaatkan sebagai pakan ikan. Ikan air tawar seperti bawal sangat suka makan jenis-jenis tanaman air seperti daun eceng gondok. Pengembangan usaha ternak ikan bawal sebagai potensi wirausaha untuk masyarakat sekitar rawa untuk menangulagi eceng gondok yang sudah tidak terkendali. Selain itu dengan cara ini masyarat tidak perlu membeli pakan ternak ikan yang ada di pasaran. Ini juga menekan angka pengeluaran dari biaya pemeliharan ikan air tawar jenis bawal ini. Selain itu Karena tingginya kandungan serat kasar, eceng gondok juga bisa diolah terlebih dahulu. Salah satu teknik pengolahannya adalah melalui teknologi fermentasi. Pada proses ini, eceng gondok diolah menjadi tepung, kemudian difermentasi secara padat dengan menggunakan campuran mineral dan mikroba Trichoderma harzianum yang dilakukan selama 4 hari.

d)     Akar Eceng Gondok Sebagai Media Tanam
Eceng gondok juga dapat di gunakan sebagai media tanam tanaman lain. Seperti sebagai media tanam tumbuhan silendri dan jenis kacang-kacangan. Untuk daerah yang memiliki lahan yang sempit, media tanam ini juga dapat berguna. Untuk tumbuhan bunga-bungan atau tumbuhan hias lain yang dapat di tanam di pot atau polibek. Selain dapat menganti tanah, akar eceng gondok ini juga dapat menjadi suatu solusi yang efektif. Sehingga pemberantasan eceng gondok dapat efektif dan memberi dampak yang positif bagi masyarakat.


Pihak-Pihak Yang Terkait
Semua hal di atas tidak dapat berjalan dengan baik jika tampa adanya dukungan dari pihak yang ambil adil dalam mengatasi masalah ini. Di dalam hal ini sangat di butuhkan peran masyarakat, pemerintah dan perusahan penyalur dari hasil buah tangan masyarakat ini. Yang terkait langsung adalah
  1. Masyarakat, harus berperan aktif untuk bisa megerakan kekuatan dan kemampuan untuk ambil adil dalam masalah ini. Peran masyarakat di sini sebagai wadah memproduksi hasil dari bahan mentahnya. Masyarakat berperan untuk mencari dan mengolah bahan mentah untuk bisa di olah dan di mamfaatkan dengan baik. Masyarkat juga menjadi mesin pegerak untuk aktif secara langsung dalam hal ini.
  2. Pemerintah daerah, pemeritah daerah harus mampu mensosialisaikan kepada masyarakat. Peran pemerintah selain media sosialisasi kepada masyarkat, pemerintah juga harus menjadi media promosi yang baik. Agar produk yang di hasilkan oleh masyarkat dapat di kembangkan lebih luas.
  3. Perusahan, sebagai wadah masyarakat untuk memamfaatkan bahan juga harus bisa menjadi suatu tempat yang bisa menyerap tenaga yang dari masyarakat yang ada. Perusahan selain menjadi standar suatu label dari produk yang di hasilkan oleh masyarakat juga harus menjadi media yang bisa mengarahkan masyarkat ke arah masyarakat yang kreatif.



KESIMPULAN
Gagasan pemamfaatan eceng gondok sebagai bahan kerajinan, pupuk organik, pakan ikan dan media tanam di harapkan mampu untuk melihat peluang eceng gondok dari segi nilai ekonomisnya dan mamfaatnya bagi masyarakat di sekitar danau atau daerah perairan yang banyak di tumbuhi tumbuhan ini.
Langkah yang tepat agar solusi di atas dapat tercapai harus gencarnya penyuluhan kepada masyarkat, keikut sertaan aktifis lingkungan dalam hal ini LSM, lembaga masyrkat dan ibu-ibu PKK, adanya suatu gerakan dari pemerintah dalam hal ini pendanaan untuk masyarkat agar dapat mengembangkan usaha dan kreatifitas masyarakat serta adanya dukungan yang memadai dari perusahaan yang terkait.
Dengan demikian harapan untuk mengurangi populasi eceng gondok dapat teratasi dan dapat memberi suatu nilai ekonomis dari masyarkat. Selain itu masyrakat menjadi lebih produktif untuk mengembangkan potensi yang ada di sekitarnya.













Daftar Pustaka
Kerjog.                        2010.               Mamfaat          eceng              gondok (online).            http://www.kerjog.com/2011/07/artikel.html. di akses 27-11-2012
Admin.            2011.               Proses              persiapan                   pembuatan                  kerajinan(online)                    http://sheva-natural.blogspot.com.html. di akses 27-11-2012
Admin.            2012.               Mamfaat          eceng              gondok           sebagai           bahan                         pupuk              organik  (online)          http://ekoqren.blogspot.com/2012/10/artikel.html. di akses 27-11-2012
Admin.            2012.               Eceng              gondok           sebagai           pupuk             organik(online)            http://kopenkudamai.blogspot.com/2012/10/artikel.html. di akses 27-11-2012.
Admin.            2011.               teknologi          pengendalian              pencemaran   air       (online)            http://menyelamatkandanaulimboto.wordpress.com/. di akses 27-11-2012

Kompas.          2012.   Eceng  gondok                        mengubah       beban  menjadi           mamfaat          (online)            http://green.kompasiana.com/polusi/2012/10/22/.html. di akses 15-01-2013
World.             2012.   Tentang           eceng   gondok                        (online)            http://world-science.blogspot.com/2012/05/.html. di akses 15-01-2013
Tribunnews.     2012.   Penanganan    eceng   gondok            tidak    serius   (online)            http://manado.tribunnews.com/m/index.php/2012/09/12/.html. diakses 15-01-2013
Tribunnews.     2012.   Eceng  gondok                        juga     jadi      masalah           di         kanal   banjir   timur            (online)            http://jakarta.tribunnews.com/2012/10/31/.html. diakses 15-01-2013
Karawangnews.          2009.   Eceng  gondok                        masih   menjadi           masalah           (online)            http://www.karawangnews.com/2009/05/.html. di akses 15-01-2013
Beritamanado.             2012.   Careig mari     ubah    eceng   gondok                        dari      masalah           jadi            berkah (online)            : http://beritamanado.com/32701/.html. di akses 15-01-2013
Wikipedia.       Eceng  gondok                        (online)            http://id.wikipedia.org/wiki/.html. diakses 15-01-2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar