Minggu, 30 Januari 2011

Kesenian Suku Dayak

Suku Dayak adalah penduduk asli Kalimantan. Di masa lalu, suku ini mendiami pesisir dan tepi-tepi sungai. Populasinya sangat besar, terdiri dari 6 suku dan 405 subsuku kecil yang tersebar di berbagai tempat.
Penamaan suku merujuk pada nama daerah, sungai, pahlawan, dan sebagainya. Misalnya, suku yang tinggal di sekitar Sungai Batang Lupar dinamai suku Batang Lupar, suku yang tinggal di daerah Bukit Bawang dinamai suku Bukit. Sementara itu, suku Dayak Mualang merujuk pada nama pahlawan Mualang (Manok Sabung) yang terkenal di daerah Tampun Juah.
Bentuk kesenian suku Dayak tidak bisa dilepaskan dari sejarah sosiologisnya. Berawal dari masyarakat primitif yang menganut animisme-dinamisme, kebudayaan suku ini berakulturasi dengan kebudayaan kaum pendatang seperti Jawa dan Tionghoa.
Agama yang dianggap lahir dari budaya setempat adalah Kaharingan. Pengaruh kuat agama Hindu dalam proses akulturasi ini menyebabkan Kaharingan dikategorikan ke dalam cabang agama tersebut. Dalam perkembangan berikutnya, ada akulturasi budaya Islam pengaruh Kesultanan Banjar di pusat kebudayaan suku Dayak.
Meskipun begitu, sebagian masyarakat Dayak tergolong teguh memegang kepercayaan dinamismenya. Untuk kelompok ini, sebagian besar memutuskan untuk memisahkan diri dan masuk semakin jauh ke pedalaman.
Macam-macam Kesenian Suku Dayak
Kebudayaan suku Dayak yang khas membentuk estetika yang tercermin dalam budaya dan keseniannya, meliputi seni tari, seni musik, seni drama, seni rupa, dan sebagainya.
1. Seni Tari
Banyaknya suku dan subsuku Dayak menimbulkan beragamnya seni tari tradisional. Secara garis besar, berdasarkan vocabuler tari, bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok.
  1. Tarian dengan gerak enerjik, keras dan staccato, adalah ciri kelompok tari Kendayan, yang dimiliki oleh suku Dayak Bukit, Banyuke, Lara, Darit, Belangin, Bakati, dan lain-lain, di sekitar Pontianak, Landak, dan Bengkayang.
  2. Tarian dengan gerak tangan membuka, gerakan halus, adalah ciri vocabuler tari Ribunic atau Bidayuh, yang berkembang di kalangan suku Dayak Dayak Ribun, Pandu, Pompakang, Lintang, Pangkodatan, Jangkang, Kembayan, Simpakang, dan lain-lain, di sekitar Sanggau Kapuas.
  3. Tarian dengan gerak pinggul yang dominan adalah ciri tari kelompok Ibanic yang dimiliki suku Dayak Iban, Mualang, Ketungau, Kantuk, Sebaruk, dan sebagainya, di sekitar Sanggau, Malenggang, Sekadau, Sintang, Kapuas, dan Serawak.
  4. Sedikit lebih halus adalah ciri kelompok Banuaka, yang dimiliki oleh suku Dayak Taman, Tamambaloh, Kalis, dan sebagainya, di sekitar Kapuas Hulu.
Di luar kelompok tersebut, masih ada jenis tari yang lain yang belum teridentifikasi.
Sebagian besar tari Dayak adalah tari ritual upacara sesuai dengan agama Kaharingan. Misalnya, tari Ajat Temuai Datai. Tarian ini populer di kalangan Dayak Mualang dan berfungsi sebagai upacara penyambutan terhadap pahlawan yang pulang mengayau.
Di masa lalu, mengayau berarti pergi membunuh musuh, namun sekarang mengalami pergeseran makna. Mengayau berarti 'melindungi pertanian, mendapatkan tambahan daya jiwa, dan sebagai daya tahan berdirinya suatu bangunan'.
Beberapa contoh tari yang lain, misalnya sebagai berikut.
  • Tari Gantar, untuk upacara menanam padi.
  • Tari Kancet Papatai atau tari Perang, untuk upacara penyembahan kepada arwah leluhur.
  • Tari Kancet Lasan adalah tari pemujaan terhadap dewa yang diwujudkan dalam bentuk burung enggang.
  • Tari Serumpai adalah tari untuk menolak wabah penyakit.
  • Tarian Belian Bawo adalah tarian untuk mengobati orang sakit.
  • Tari Kuyang adalah tarian untuk mengusir hantu.
  • Tarian Datun, adalah tarian syukur atas kelahiran.
2. Seni Musik
Tidak jauh beda dengan seni tari, seni musik suku Dayak didominasi musik-musik ritual. Musik itu merupakan alat berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada roh-roh.
Beberapa jenis alat musik suku Dayak adalah prahi, gimar, tuukng tuat, pampong, genikng, glunikng, jatung tutup, kadire, klentangan, dan lain-lain.
Masuknya Islam memberi pengaruh dalam seni musik Dayak, dengan dikenalnya musik tingkilan dan hadrah. Musik Tingkilan menyerupai seni musik gambus dan lagu yang dinyanyikan disebut betingkilan yang berarti 'bersahut-sahutan'. Dibawakan oleh dua orang pria-wanita dengan isi lagu berupa nasihat, pujian, atau sindiran.
3. Seni Drama
Drama tradisional ditemukan pada masyarakat Kutai dalam bentuk kesenian Mamanda. Drama ini memainkan lakon kerajaan dan dimainkan dalam upacara adat seperti perkawinan atau khitanan. Bentuk pementasannya menyerupai ludruk atau ketoprak.
4. Seni Rupa
Seni rupa Dayak terlihat pada seni pahat dan patung yang didominasi motif-motif hias setempat yang banyak mengambil ciri alam dan roh dewa-dewa dan digunakan dalam upacara adat. Ada macam-macam patung dengan ragam fungsi, di antaranya sebagai berikut.
  1. Patung azimat yang dianggap berkhasiat mengobati penyakit.
  2. Patung kelengkapan upacara.
  3. Patung blontang, semacam patung totem di masyarakat Indian.
Selain itu, seni rupa Dayak terlihat pada seni kriya tradisional seperti kelembit (perisai), ulap doyo (kain adat), anjat (tas anyaman), bening aban (kain gendongan), seraong (topi), dan lain-lain.
Kesenian suku Dayak adalah bagian dari kekayaan budaya Nusantara yang layak dibanggakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar